Pura Luhur Besikalung berlokasi di daerah pegunungan di
lereng gunung bagian selatan Gunung Batukaru.Secara teritorial wilayah ini
termasuk wilayah Jatiluwih. Tapi yang menjadi pengempon pura berada diwilayah
Desa Adat Ulu, Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Lokasi pura
jika ditempuhdari Denpasar mencapai kurang lebih 50km menuju Gunung Batukaru
sisi selatan. Meskipun tak banyaksumber yang dapat dijadikan sebagai sebuah
pegangan mengenai sejarah berdirinya Pura ini, tapi adabeberapa informasi yang
dapat digunakan sebagai alternatif tentang asal usul Pura.
Sumber pertama:Prasasti Babahan I yang bertahun caka 839
(917 M) yang tersimpan di Pura Puseh Jambelangu Desa AdatBolangan mencantumkan
kalimat yang berbunyi ‘….. Cala Silunglung Kaklungan Pangulumbigyan….’. Dimana
kata ini dapat diartikan,Bale suci (Cala Silunglung), kaklungan dan upacara
pembersihan (Pangulumbigyan).
Dari kalimat itu sangat dimungkinkan bahwa nama Besi Kalung
berasal dari kata ‘CalaSilunglun’ yang berubah penyebutannya menjadi ‘Sikalung’
kemudian kembali mengalami perubahan‘Besikalung’. Sedangkan sumber kedua
berasal dari adanya peninggalan Lingga yang ada pada palinggihpokok (agung).
Dan menurut Jero Pemangku Ageng bila lingga itu dipukul maka
akan mengeluarkan suaranyaring seperti besi. Bentuk lingga itu bulat panjang
dan pada bagian atasnya dihiasai dengan lingkaranseperti kalung,yang
melingkarinya. Kemudian dari lingga yang seperti berkalung tersebutlah akhirnya
Puraini disebut dengan Pura Luhur Besikalung. Kenapa nama Pura ini didepannya
berisi kata luhur karenaletaknya yang ada di atas perbukitan.
“Kata Besikalung juga dihubungkan dengan kata Pagerwesi yang
berarti berpagar besi melingkar,” ujar JeroMangku Ageng Luhur Besikalung. Hari Raya
Pagerwesi, jatuh setiap Budha Kliwon Sintabertepatan dengan Piodalan di Pura
ini. Budha kliwon Pagerwesi menurut lontar Sunari gama sebagaipemujaan/ payogan
Sang Hyang Pramesti Guru salah satu astek kemahakuasaan Ciwa sebagai Guru
yangAgung yang dihormati oleh para Dewa dan semua makhluk hidup. Sedangkan Ida
Bhatara malingga diPalinggih Pokok (Agung) menurut lontar Druwen Pura hal
185-186 disebutkan ‘Sang Hyang Ciwa sakti’dengan segala astek kemahakuasaan-Nya.
Berdasarkan sumber yang disebutkan tadi dan sesuai denganpeninggalan bersejarah
berupa benda kepurbakalaan dapat diperkirakan bahwa Pura Luhur besikalung
telahberdiri sejak abad IX-XII M.
Dapat dilihat pula dari struktur bangunan palinggih yang
berupa bebaturan yang dalam kepurbakalaandisebut tat batu berundak-undak. Yang
menandakan bahwa pura ini merupakan peninggalan jaman megalitikum (jman batu
besar). Karakteristik pemujaan pada jaman ini merupakan perpaduan pemujaan
rohsuci leluhur atau mereka yang dihormati dengan konsepsi-konsepsi ke-Tuhan-an
Hindu yang datangnya dariIndia melalui Jawa. Jaman ini juga disebut juga dengan
jaman Apaniaga yaitu peralihan dari jaman Bali Agamenuju jaman
pengaruh-pengaruh kebudayaan Jawa dengan tatanan upacara Hindu Klasik.
BerdasarkanPrasasti Babahan I yang ditemukan di Pura Puseh Jambelangu
mengisahkan perjalanan Raja Sri Ugracena keBali Utara dan sempat singgah pada
pertapaan (pesraman) Rsi Pita Maha di Petung Bang Hyang Sidhi, beliaujuga
disebut dengan Bhiku Dharmeswara. Raja Sri Ugracena memberikan titah dan
kewenangan pada RsiPita Maha untuk menyelesaikan upacara keagamaan bagi mereka
yang meninggal salah pati, angulah pati.
Hal inilah yang merupakan keistimewaan dan kekhususan
Prasasti Babahan I yang dapat dikatakan sebagai satu-satunya Prasasti Bali yang
memuat upacara Salah pati, Angulah Pati. Bang Hyang Sidhi yang disebut didalam
prasasti Babahan I kini disebut Bangkyang Sidem terletak persis di sebelah
timur Pura Luhur Besi kalung hanya dipisah kan oleh sungai (Yeh Ho). Di Pura
subak Bangkyang Sidem sebagai situs kepurbakalaan terdapat 2 unit pura yang
kecil diperkirakan sebagai tempat tinggal Sang Rsi dan yang satunya lagi
terletak di bagian selatan agak di bawah diperkirakan sebagai tempat pemujaan
harian beliau. Jika hipotesa ini benar maka ada kemungkinan Pura Luhur Besi
kalung didirikan oleh Rsi Pita Maha pada masa pemerintahan Raja Ugracena yang
bertahta atau memerintah pada caka 837 -864 atau sekitar 915-942 M. Mengingat
prasasti Babahan I bertahun Caka 839 (917 M).
Selain itu menurut cerita, pura ini di kemit oleh seekor
naga, hal ini disebabkan kerap kali terdengar suara naga menjelang tengah
malam,tutur salah satu dari mangku di sana. Persepsi lain nama besi kalung
kemungkinan berasal dari sekala (nyata) karena keberadaan
pelinggih-pelinggihnya merupakan kesatuan aktualisasi kehidupan yang ditandai
dengan Campuhan Tiga, Pecalang Agung, Pasar Agung, Pedukuhan, TamanSari, Ratu
Nyoman Pengadangan, Dalem Khayangan, Shangyang Meling, Dalem Gumi, Muncak Sari,
Beji Kauh, Batur, Puseh, Khayangan/Angluhan, Ratu Sedahan, Rambut Sedana/Manik
Galih, Lumbung, Bale Sekulung, Pura Bambang, Taksu Agung, Manik Sekalan,
penghayatan Wisnu, Brahma, Ratu Nyoman Tangkeb Langit, Penghayatan Surya, Merta
Sari, Naga Loka, Gunung Agung, Bukit Puhun, Balai Pelapah Pemayasan dan Balai
Munar Manik.
Berdasarkan Prasasti Babahan1 di dalam perjalanan Raja Cri
Ugrasena Ke Bali utara, memberikan Anugrah atau wewenang kepada seorang Pandita
yang bergelar Pita Maha berpesraman di Bhang Hyang Sidhi berlokasi di sebelah
Pura Besi Kalung untuk mengatur tata cara penyelenggaranan keagamaan. Mengingat
lokasinya yang berdampingan antara kedua tempat tersebut, maka ada dua
kemungkinan Pura Luhur Besi Kalung telah ada sejak tahun caka 839 atau 917
masehi dan dibangun oleh seorang Rsi. Ditinjau dar istatus dan fungsi Pura
Dhang Khayangan sebagai Catur Lawa dan pesanakan Pura Batukaru, selain Petali,
Tambawaras dan Muncaksari. Mengingat status dan fungsi serta rangkaian upacara
yang diselenggarakan, maka Pura Luhur Besi Kalung dipuja Betara Ciwa dalam
Sebagaimana layaknya pura yang lain di Bali, Pura Besi Kalung dikenal angker.
Barang siapa berani naik ke Pelinggih Agung atau memasuki pura dengan niat
tidak baik maka celaka dan akan berdampak pada lingkungan dimana yang
bersangkutan tinggaL, seperti terjadi gerubug.
Akan tetapi bila dilihat dari kesuwecanan Ida Betara yang
melinggih di pura ini, banyak yang telah terwujud keinginannya.Banyak para
politisi dan pejabat melakukan semedi untuk mendapatkan paica sertaagara
keinginanya tercapai. Banyak pula masyarakat yang belum meiliki keturuann,
memohon anak di pura ini, dan terbukti banyak yang permohonannya dikabulkan.
Selain Pura Besi Kalung sebagai tujuan utama untuk melakukan persembahyangan
dari umat Hindu kini lokasi Pura tersebut sebagai obyek pariwisata mengingat
tempatnya yang sangat strategis yang dikelilingioleh pesawahan yang menghampar
hijau serta tampak gunung-gunung yang berjajar serta iklim yang sejuk
memberikankesegaran jasmani dan rohani.
manifestasinya sebagai Dhang Hyang Guru. Adapun rangkaian
upacara dilaksanakan pada Saniscara
Umanis Waturenggong (SaraswatiPuja), Redite Paing Sinta
(Banyu Pinaruh), Soma Rebek (Soma Pon Sinta), AnggaraWage Sinta (Sabuh Mas)
serta piodalan Ida Bhatara pada Pagerwesi (Buda KliwonSinta). Esksistensi Pura
Luhur Besi Kalung sebagai jajar Kemiri dan Catur Loka Pura Sad Khayangan Luhur
Batukaru Pura Luhur Batukaru dalam status Sad Khayangan Jagat sebagai
Linggacala Ida SangHyang Mahadewa disebut dengan Mahadewa lazimnya dalam
kehidupan masyarakat pengempon disebut Batukaru. Batukaru merupakan kekuatan
penangkeb yang bermakna raja para Dewa-Dewa sehingga manifestasi Ida Sang Hyang
Widhi yang dipuja di Pura Batukaru oleh masyarakaat setempat disebut dengan
istilah Ida Betara Panembahan Penataran Jagat Bali. Dan puncak gunung Batukaru
disebutkan dengan istilah Pucak Kedaton.Pucak artinya kedudukan tertinggi,
sedang Kedaton atau kedatuan artinya keratuan Raja di Raja.
Jadi Kedaton berarti keraton yang artinya komando tata
pemerintahan niskala. Gunung Batukaru dengan puncaknya kedaton merupakan
manifestasi Ida SangHyang Widhi sebagai badan eksekutif,yaitu pelindung
kehidupan sarwa pranidengan menganugrahkan pengurip bumi dengan perangkat badan
pembantunya disebut sebagai Jajar Kemiri. Jajar artinya jaringan Kemiri adalah
tingkih (kemiri), jadi Jajar Kemiri adalah jaringan yangmembangun kekuatan
kemiri dimaksud ,sehingga kuat dan tidak mudah lapuk. Pura-pura yang merupakan
jajar kemiri dariPura Batukaru di sebelah kanan adalah; Pura Muncak Sari dan
Pura Tambaa Waras dan di sebelah kirinya yaitu Pura Petalidan Pura Besi Kalung.
Dengan demikian Pura Dhang Khayang Jagat Bali dikuatkandengan adanya Pura Jajar
Kemiri yang mempunyai fungsi sebagai kekuatan Jagat Bali.
Pura Muncaksari merupakan pembekalan induk berupa sandang,
pangan dan papan yang cukup tersedia dan tak pernah habisnya serta mampu
memenuhi sepanjang kehidupan zaman dalam Catur loka Pala Batukaru sebagai Sang
Hyang Sangkara. Pura Tambawaras adalah kekuatan pemberi anugrah di bidang
kesehatan lahir batin serta kelestarian alam semesta, yang merupakan
manifestasi Catur loka Pala Batukaru sebagai Dewa Aswina. Pura Petali merupakan
kekuatan peradilan atau penasehat yang mampu mengendalikan kehidupan Buana
Agung dan Buana Alit. Keadilan dan nasehat adalah tali pengendalipersatuan dan
kesatuan kehidupan, dalam Catur Loka Pala Batukaru sebagai Hyang Yamadipati
Pura Besikalung adalah kekuatan pemberi anugrah kebesaran dan keteguhan Bhuana
Alit dan Bhuana Agung, manifestasi Catur Loka Pala Batukaru sebagai Sri Sedana.
Pura Luhur Batukaru dalam proses penciptaan samkhya yoga
berkedudukan sebagai purusha didampingi oleh Danau Tamblingan yang berkedudukan
sebagai predana ,sehingga Gunung Batukaru dengan Danau Tamblingan adalah wujud
Ardanareswari pencipta Kehuripan Jagat (pengurip bumi/kehidupan di bumi).
Pertemuan purusha dan predana melahirkan berbagai kehidupan sarwa pran, pura
pesanakanyang berstatus Ulun Siwi terbesar pemujaan Manik Amerta adalah Pura
Batulumbung. Kekuatan berupa udara adalah Batukaru, Air adalah Pura Tamblingan
Panas (api) adalah Pura Bukit Puhun. Ini merupakan tiga kekuatan sumber
penciptaan sarwaprani yang memenuhi jagat raya.kekuatan Pura Bukit Puhun
sebagai kekuatan panas telah dibuktikan pada saat Ida Bhatara kabeh mesucian di
segara Tanah Lot. Ida Bhatara Bukit Puun bertugas menyurutkan air lautsurut
sehingga semua pralingga dapat masuk ke Pura Luhur Tanah Lot. Yang menjadi
pertanyaan dan teka-teki masayarakat sampai sekarang adalah keberadaan pasangan
lingga di pelinggih agung yakni berupa yoni
sumber : http://www.hpibali.com